Jumat, 03 Juni 2011

SENI PERAN

SENI PERAN
Pada pementasan Teater, seringkali seseorang yang memerankan Tokoh, mendapat kritikan karena permainannya yang jelek. Untuk megurangi kritikan tersebut, mungkin seorang actor / Akrtis harus lebih mengetahui dan mempelajari tentang apa itu SENI PERAN.Mari kita sama – sama belajar dan mengetahui SENI PERAN, agar sebagai AKTOR / AKTRIS dalam memerankan Tokoh didalam teater nantinya, kita dapat meminimalisir / mengurangi kritikan yang akan didapat.
Agar mudah kita pakai saja metode TANYA JAWAB.
Berikut ini adalah Tanya jawab seputar Seni Peran.

Apa yang harus dilakukan agar menjadi aktor yang baik?

Hakiki seni peran adalah meyakinkan. Jika berhasil meyakinkan penonton bahwa apa yang tengah dilakukan aktor benar, itu sudah cukup. Ada beberapa harga dari pemain, disamping yang meyakinkan dan itu benar, yakni pura – pura, meniru atau/dan tidak meyakinkan. Yang tidak meyakinkan, tentu kurang baik. Pura – pura juga tidak baik. Dalam hal meniru, jika meyakinkan tidak apa – apa. Intinya sekali lagi permainan harus mampu meyakinkan penonton.
Alat actor adalah tubuh / raga dan sukmanya. Itulah yang harus terus menerus di asah dan dilatih agar siap dalam menghadapi, menggali dan memainkan peranan. Untuk itu ada beberapa langkah dan tahapan yang harus diperhatikan.

1. Melatih Kelenturan Otot – otot Anggota Tubuh.
a. Leher-mata (ekspresi) mulut.
b. Tangan ( jari – jari, pergelangan, lengan dan bahu).
c. Kaki (pergelangan lutut - tungkai – langkah).

2. Melatih Pernafasan.
a. Bernafas dengan benar dan terkontrol adalah pemupukan energi kreatif.

3. Membaca (kejelasan kata,suku kata dan huruf mati).
4. Mengeja huruf hidup (A-I-U-E-O)

Kemudian Empat Langkah Menuju Penciptaan :
1. Melatih suara/vocal.
a. Pengasaan alat ucap (eja, baca, paham, arah, rasa, cipta)
2. Mengasah daya penyampaian (artikulasi).
3. Memahami pengertian ‘suratan’ dan ‘siratan’.
4. Memperpeka ‘daya keahadiran/appearance’ (factor X).

Berikutnya Empat Langkah Menuju Tahu dan Mengert (Pemahaman).
1. Mengetahui, mempelajari dan memahami sejarah teater dan sejarah budaya (dunia dan Indonesia).
2. Menyerap pengetahuan umum.
3. Prestasi (mengarahkan dan ungkap/daya penyajian).
4. Mengasah kemampuan menganalisa dan mnyimpulkan.

Untuk Pengembangan wawasan Diperlukan :
1. Membaca.
2. Memperhatikan (menyerap).
3. Berbicara (mengutarakan perasaan, pikiran dan pendapat).
4. Menganalisa ( menyimpulkan).

Selanjutnya Enam Langkah Menuju Siap Sukma :
1. Konsentrasi dan fokus.
2. Observasi dan penyerapan (lingkungan-suasana-waktu).
3. Imajinasi (lingkungan-benda-suasana-waktu-peristiwa-kenangan)
4. Penghayatan (pemahaman, berkisah dengan cara berbeda).
5. Pembangunan karakter peranan (analisa-pengadeganan-jalianan-latar belakang motivasi)

Jika langkah – langkah itu sudah tearjalankan tapi masih juga ada hambatan, maka hal itu bisa terjadi karena :
1. Kurang berlatih.
2. Kurang memahami.
3. Kurang konsentrasi.
4. Kurang energi.
5. Kurang motivasi.
6. Kurang bakatnya.

Apabila langkah – langkah di atas dianggap terlalu kompleks dan rumut, terutama lantaran disampaikan dalam bahasa yang sangat sederhana, maka cukup diambil langkah – langkah sederhana sebagai berikut :
1. Calon actor harus melatih seluruh anggota tubuhnya.
2. Calon actor harus tekun melatih kepekaan dan kemampuan daya ingat konsentrasi-pengamatan-imajinasi-ekspresi.
3. Calon actor harus banyak membaca, mendengar dan melihat.
4. Calon actor harus rendah hati, disiplin, terbuka, punya tanggung jawab, menghargai orang lain dan jujur.
5. Calon actor harus tidak bosan belajar.

Apakah untuk jadi seorang aktor diperlukan bakat?

Bakat memang perlu, tapi penguasaan teknik bermain bisa menutupi kekurangan dalam hal bakat. Sesungguhnya sulit untuk mengukur bakat dalam waktu yang singkat. Diperlukan kepekaan yang bijaksana dalam menilai ada tidaknya bakat seseorang.
Bakat, bagaimanapun harus diasah. Jika tidak, ibarat pisau, bakat akan berkarat dan tidak siap untuk memerankan peranan.

Seandainya tidak berbakat, bisakah seseorang bermain teater?

Meskipun tidak punya bakat, seseorang tetap bisa bermain teater asal ma uterus menerus berlatih. Oleh karena itu, actor bisa bermain beradaskan bakat atau teknik bermain. Kalau hanya mengetahui teknik/teori permainan, mungkin tempatnya adalah guru acting. Tapi kalau memang punya bakat besar dan memilih acting sebagai pilihan utana dan hidupnya, sampai rtua pun dia tetap bertahan. Kedua bekal itu bisa dimanfaatkanuntuk jadi modal acting. Tapi bakat besar pun, kalau tudak dilatih akan percuma.
Ada seorang actor yang aktingnya bagus, tapi itu terjadi sebelum dia mengetahui teknik/teori acting. Tapi begitu dia diberitahu teknik/teori bermain teater, mainnya menjadi jelek. Mengapa begitu? Karena dia mengawinkan teknik dengan bakat yang sudah dia miliki sebelumnya. Bakat adalah anugerah, sedang teknik hanya alat. Jika bakat sudah menemukan jawabannya, maka teknik tak diperlukan lagi. Tujuan dari seni peran/acting adalah “meyakinkan” dan diwujudkan dengan penuh “keindahan”,sesederhana itu.

Apakah yang doimaksud dengan ‘posisi tubuh” seorang actor?

Secara garis besar, posisi tubuh seorang pemain diatas panggung dibagi menjadi 8 (delapan) bagian. Bayangkan jika kamu menghadap keoarah kursi penonton/auditorium, lalu tarik garis melingkar dengan kedua kaki dimana kamu berdiri menjadi titik pusatnya!
Jika kamu menghadap kedepan, itu disebut posisi ‘Menghadap Kedepan’ atau full front. Berputar kekiri setengah kali 45 derajat, disebut ‘3/4 Terbuka Kiri’. Berputar lagi hingga kesamping kiri disebut ‘Profil Kiri’. Jika kamu berputar lagi kebelakang setengah kali 45 derajat, disebut ‘1/4 Terbuka Kiri’. Jika penuh menghadap kebelakang, itu disebut ‘Menghadap Kebelakang atau Full Back’. Kamu berputar kedepan setengah kali 45 derajat, disebut ‘1/4 Terbuka Kanan’. Berputar lagi hingga menyamping disebut ‘Profil Kanan’. Apabila berputar lagi setengah kali 45 derajat, disebut ¾ Terbuka Kanan’. Sampai akhirnya posisi kamu kembali Full Front lagi!.
Itulah yang disebut dengan posisi tubuh seorang actor.
Apa guna posisi itu? Dalam keseharian, kita selalu mengubah posisi tubuh berdasarkan kebutuhannya. Demikian pula actor di atas panggung. Harga semua posisi tubuh sama tergantung kebutuhannya. Baik yang Full Front (jika hendak memberi pertanyaan/pidato) mau pun yang Full Back (jika hendak memberi kesan suspens atau misterius)

Apakah yang dimaksud dengan improvisasi?
Improvisasi adalah ‘jalan keluar jika keadaan memaksa’. Misal, lawan main lupa dialog sehingga adegan harus diselamatkan. Disini terlihat kemampuan pemahaman dari seseorang actor. Jika dia sudah paham lakon, peranan, peristiwa dan adegannya maka dia akan menjadi penyelamat. Dia akan menggiringi lawan main dengan dialog yang mungkin tak ada didalam naskah. Upaya itu bisa membuat lawan main yang lupa dialog segera ingat kembali dialog berikutnya. Aktor sehebat apapun, bisa mendadak blank atau kosong dan tak tahu apa yang harus didialogkan.Penyebabnya macam – macam.

Apakah seorang actor harus bisa menari dan bernyanyi?

Dimasa lampau, seorang actor wajib belajar menyanyi, menari/berdansa, bermain anggar dan naik kuda (untuk actor film). Didalam naskah –c naskah klasik, sering terdengar adegan – adegan dimana actor harus menyanyi, berdansa atau bermain anggar. Jika ada adegan perkelahian diatas panggung, maka actor harus belajar teknik – teknik berkelahi. Naskah – naskah masa kini jarang yang mematokkan adegan tari-nyanyi atau main anggar. Namun memang sebaiknya actor belajar olah gerak (untuk kelenturan tubuhnya) dan menyanyi (olah suara) yang pasti akan sangat bermanfaat.

Modal apa yang diperlukan seseorang untuk bisa menjadi actor?

a. Raga (tubuh), olah suara termasuk didalamnya.
b. Sukma (rasa/emosi, imajinasi, interprestasi/tafsir, penghayatan, ekspresi, pengamatan, penyerapan luar-dalam).

Dengan modal hal – hal itu, apa yang selanjutnya harus dilakukan?

Seorang aktor harus melatih tubuh dan sukmanya secara terus – menerus.

Untuk semuanya harus dilatih?

Agar sebagai aktor, siap memainkan peranan apa saja dan sanggup mengkomun ikasikannya pada penonton dengan meyakinkan.

Bagaimana seorang actor harus melatih suara?

Seorang actor harus berlatih intensif untuk dapat bersuara keras dan jelas. Keras bukan berarti ngotot atau berteriak sampai otot kejang.

Mengapa seorang actor harus melatih suara?
Karena suaranya harus dapat menguasai ruang dan terdengar sampai penonton yang duduk paling belakang.

Mengapa seorang actor harus melatih tubuhnya?
Seorang actor harus melatih tubuhnya sedemikian rupa agar penonton yakin dengan apa yang diperankannya. Misalnya untuk menjadi kakek, seorang actor harus melatih tubuhnya untuk menjadi seperti kakek. Bokannya harus bongkok – bongkok, tetapi bertindak serta bersikap sesuai tubuh dan jiwa seusia kakek tersebut. Tubuh harus disiapkan untuk menerima peran kakek.
Selama pementasan atau ketika sedang bermain diatas panggung actor harus dapat menahan kencing, lapar, haus, sakit perut atau sakit pinggang. Yang penting penonton yakin dengan apa yang diperankan.

Apakah yang dimaksud dengan seni peran?

Seni peran adalah seni berganti peran.

Apa yang diperlukan agar dapat berperan dengan baik?

Seorang actor harus melakukan pengamatan dan penelitian. Seorang actor adalah seorang peneliti. Aktor harus mengamati dan meneliti berbagai aspek yang ada dilingkungan sekitarnya. Misalnya sebagai berikut :
a. Ketika seorang actor akan memainkan peran seorang bapak yang galak, maka dia harus mengamati bapak – bapak yang galak sebagai bandingannya.
b. Ketika seorang actor diminta berperan menjadi anak jalanan, maka dia harus mengamati tingkah laku, cara berpakaian dcan sikap anak jalanan.

Apa saja yang ahrus diamati seorang actor untuk melengkapi peranan?

a. Aspek ekonomi.
Orang yang punya uang seratus juta dengan orang yang tidak punya uang sama sekali akan tampak beratbeda dalam hal sikap, cara berpakaian,
b. Aspek social.
Seorang anak jalanan tidak mungkin ditunggui oleh babby sitter.
c. Aspek budaya.
Cara bicara orang Jawa berbeda dengan orang Sunda.

Kapan sebaiknya pengamatan dilakukan?

Selama masih ingin menjadi actor.

Apa guna pengamatan?

Agar menjadi memori untuk dibangkitkan lagi dalam melengkapi peran.

Apa yang paling penting ketika seseorang berada di atas panggung?

Mengingat apa tujuan dari tokoh yang diperankannya sehingga dia tau persis apa yang akan dilakukannya. Tujuan itu harus disampaikan pada penonton. Misalnya ada seorang laki – laki dan perempuan kehilangan anak.Tujuannya ketika berada dipanggung adalah mencari anaknya. Dengan demikian, dia tahu persis apa yang akan dilakukannya di atas panggung.

Dalam menjalankan perannya, bagaimanakah seseorang harus berakting?

Dalam berakting, seorang actor tidak boleh berpura – pura. Dia harus menciptakan kebenaran peran. Ketika bermain sebagai orang gila, dia harus benar – benar menjadi orang gila. Seorang actor harus sesungguhnya menjadi peran itu sehingga penonton yakin bahwa dia memang tokoh yang sedang diperankannya.

Apa yang membuat permainan actor / aktris dinilai bagus?

Seorang actor/aktris dinilai bagus permainannya bukan karena tampang, peranan atau ceritanya. Bukan pula karena dia mampu menangis terus dari awal sampai akhir sandiwara. Seorang actor/aktris dikatakan bagus jika dapat bermain dalam peranan apa saja.

Apa yang terpenting dilakukan seorang actor?

a. Konsentrasi
Aktor harus menghafal naskah dan menjadikannya bagian dari dirinya, lalu menyampaikannya kepada penonton secara baik dan meyakinkan. Daya ingat (daya hafal) menjadi lebih tajam karena konsentrasi. Konsentrasi adalah untuk menjadi peranan.
b. Imajinasi.
Tanpa imajinasi, permainan menjadi kering.
c. Kerja sama.
Terutama daengan lawan main dan alat – alat panggung.

Kenapa seorang actor harus berkonsentrasi menghafal dan menjadikan hafalan bagian dari dirinya?

Kalau tidak menjadi bagian dari dirinya,aktor akan terlihat kaku dan terkesan menghafal saat tampil dipanggung. Terkesan menghafal adalah yang paling tidak boleh dilakukan oleh seorang actor dipanggung.

Bagaimana jika konsentrasi seorang actor kurang baik?

Dia dapat mengganggu jalannya latihan atau pertunjukan. Jika dia salah kata, orang bisa tidak mengerti. Kata yang terbalik – balik berakibat tidak akan dimengerti oleh lawan main atau penonton.

Seorang actor harus berkonsentrasi pada apa saja?

a. Hafalan dialog naskah dan nyanyian jika ada nyanyian.
b. Penonton, jika penonton bereaksi atau merespons permainan.
c. Gerakan. Aktor harus ingat kapan bergerak dan bergerak kemana, dan berbuat apa ditempat itu.

Kenapa pemain harus berkonsentrasi sebelum pertunjukan dimulai?

Konsentrasi sangat diperlukan untuk memusatkan pikiran hanya kepada apa yang akan dilakukan diatas panggung. Tanpa konsentrasi, mungkin dipanggung bisa lupa dialog atau lupa giliran masuk. Dengan konsentrasi, begitu panggung dibuka, pemain sudahsiap untuk apa saja. Berdialog, menyanyi, menari, bermain pedang. Atau apa saja sesuai karakter tokohnya.

Sebelum pertunjukan dimulai,jam berapa pemain harus berada di tempat pertunjukan?

Pentas malam hari biasanya dimulai pada pukul 20.00. Pemain dan seluruh pendukung pertunjukan harus dating pada pukul 14.00 untuk pengenalan lingkungan. Pukul 16.00 atau 17.00 pemain melakukan pemanasan dan mulai berdandan. Pada pukul 18.00 para pemain makan,disambung briefing oleh sutradara. Kemudian dilanjutkan dengan berdo’a bersama. Setengah jam sebelum pukul 20.00, semua harus berkonsentrasi untuk menyatukan seluruh energi luar dalam demi suksesnya pertunjukan. Akhirnya pentas dimulai hingga pukul 22.00 atau 23.00. Sesudah pentas, ada sutradara yang melakukan evaluasi malam itu juga, tapi ada yang melakukan evaluasi esok malamnya.

Apa yang dimaksud dengan imajinasi?

Imajinasi itu seperti khayalan. Tapi (dalam teater) imajinasi adalah nyata. Misal, jika seorang actor membayangkan ada sebuah apel ditangannya, maka dia harus dapat membayangkan apel tersebut secara utuh. Aktor harus dapat membayangkan besarnya, beratnya, warnanya, bintik – bintiknya, tangkainya diatas atau dibawah sampai rasanya. Bagaimana memakannya, dicuci dulu atau tidak, dikupas dulu atau tidak, dipotong dulu atau langsung dimakan. Yang terpenting, actor itu harus dipercaya dengan apa yang diimajinasikannya. Ketika seorang aktor berimajinasi memegang apel dan memakannya, maka dia betul – betul merasakan bahwa apel tersebut dipegang dan dimakan sehingga penonton betul – betul percaya bahwa aktor itu sedang makan apel.

Bagaimana kalau perannya orang yang marah – marah dan harus menampar?

Jika harus marah, seorang actor harus betul – betul marah sehingga lawan mainnya merasakan kemarahan tersebut. Jika menampar seorang actor tidak boleh menampar sungguhan. Dia harus punya kesadaran dan menggunakan teknik menampar. Kesadaran dalam acting itu perlu,supaya dia tampak seperti ditampar atau sedang meanampar. Dia harus merasakan seperti sungguh – sungguh ditampar atau sedang menampar sehingga penonton pun yakin apa yang telah dilakukannya itu benar dan meyakinkan.

Bagaimana melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan?

a. Melalui pengamatan / observasi.
b. Kalau tak ada yang bisa mengami, bisa baca buku, Koran atau beartanya pada orang lain yang pernah mengalami.
c. Lakukan dengan imajinasi. Didalam imajinasi semua akan tergambar.

Apa yang harus dilakukan ketika seseortang mendapat / menerima peranan?

a. Membaca naskah dengan seksama.
b. Mengetahui identitas tokoh yang akan diperankannya (usia, jenis kelamin, marital status, pendidikan maupun asal etnis-geografis).
c. Mengetahui latar belakang social, ekonomi dan budaya (cara bicara, logat),dan segala atribut yang menyertainya, seperti cara berpakaian, sikap dan pandangan hidupnya, dan nilai – nilai moral/social budaya. Misal, ada tokoh yang tidak mungkin memakai warna merah karean warna merah dalam kondisi social budayanya dianggap sakral. Atau mungkin karena didekat rumahnya banyak banteng, dia nggak mungkin pakai baju warna merah.
d. Mengetahui alas an dan tujuan keberadaan tokoh yang diperankan.

Apa perbedaan acting didepan panggung dan didpan kamera?
Medianya berbeda tapi aktingnya sama. Namun karena anggung punya jarak dengan penonton, volume suara harus lebih keras. Bicara tidak boleh terburu – buru. Kamera punya pengatur jarak dan mikrofon yang merekam suara. Jadi, bicara tidak perlu berteriak. Ekspresi tidak boleh terlalu besar karena akan terkesan over acting.

Bagaimana jika actor menangis?
a. Konsentrasi
b. Mengingat pengalaman sedih yang pernah membuat kita menangis, missal dimarahi orang tua. Pengalaman itu diingat lagi sampai hati tersentuh sehingga membuat kita sedih sampai keluar air mata (memory of emotion).

Mana yang lebih sulit, main pantomim atau teater?

Pantomim adalah salah satu dari unsur teater. Dalam pelatihan olah tubuh, akan alatihan – latihan agar actor mampu mengolah tubuhnya dengan lentur. Pengetahuan pantomim akan dipergunakan sebagai dasar berangkat untuk latihan – latihan itu.
Eksptresi bias juga disebut sebagai ‘bahasa wajah’ atau ‘bahasa tubuh’. Pantomom sering disebut sebagai bahasa wajah dan tubuh sebab mereka tidak menggunakan kata/bahasa yang baku. Kadang mereka menggunakan bunyi/suara, tapi tak jelas apa. Segala sesuatu yang hendak disampaikan hanya diucapkan lewat ekspresi wajah dan tubuh. Meski begitu, para pemain pantomim berupaya keras agar penonton bias memahami setiap ekspresi yang disajikan.

Bagaimana cara menghilangkan grogi?

a. Konsentrasi.
b. Ingat kepada tujuannya diatas panggung. Kalau tidak tahu untuk apa tujuannya berada diatas panggung, pasti akan grogi.


TANJUNGBALAI,SUMATERA UTARA 4 Juni 2011
Konsep Latihan Pagelaran Untuk Teatrawan Pemula (Anggota teater remaja)
Yang terlibat dalam naskah :
“ SENANDONG DI UJUNG TANJUNG “

Rabu, 11 Agustus 2010

BELAJAR TULIS SINOPSIS SKRIP DRAMA TV

Sinopsis adalah ringkasan karangan cerita. Mempunyai pengenalan watak, konflik/krisis/penyebab/plot dan membawa ke klimax hingga pengakhiran cerita.

Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.

Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang cerita asal.

Terdapat 2 jenis Sinopsis

1. Working Synopsis
2. Selling Synopsis

Working Synopsis atau sinopsis kerja adalah satu kaedah atau cara bagi membantu seorang penulis skrip menulis screenplaynya. Working Synopsis merupakan sinopsis awalan yang mempunyai rangka cereka termasuk permulaan, pertengahan dan penghujung cerita. Penulis kemudian mencorak elemen-elemen penting seperti watak-watak, plot dan sebagainya bagi menghasilkan sebuah screenplay.

Screenplay yang siap tidak lagi berwajah sinopsis asal dan penulis perlu menulis semula sinopsisnya supaya mencerminkan wajah cerita mengikut screenplay yang sudah siap itu.

Selling Sinopsis (Sinopsis untuk dijual) adalah apa yang dikehendaki oleh Penerbit, Stesyen TV atau pihak-pihak yang ingin membeli skrip atau meluluskan program. Selling Synopsis merupakan alat bagi menjual screenplay anda kepada mereka. Pastikan sinopsis anda dapat menarik minat mereka untuk membaca screenplay anda.

10 HAL UNTUK MEMPERTAHANKAN GROUP TEATER

10 Hal Grup heater harus lakukan untuk meenyalamatkan diri mereka sendiri.
March-April 2009

1. Sudah cukup dengan Shakespeare.

Ini adalah penulis terkenal dan hebat di dunia yang Anda panggil ketika merasa takut atau tidak punya ide. Jangan cari nama menggunakan Shakespeare lagi! Dorong diri Anda. Hiduplah! Cari naskah baru, bagus, aneh yang orang tidak pernah kenal. Didik penonton untuk ingin menjadi kaget, tidak passif lagi.

2. Kasih tahu kami (penonton) sesuatu yang kami belum ketahui.

Setiap pertunjukan dalam program Anda harus menjadi premiere (pertama kalinya) – world premiere, American permiere, Indonesian premiere, ya, paling sedikit premiere daerah.
Sutradara-sutradara : Mencari naskah baru yang perlu dikembangkan atau dibesarkan dalam 12 bulan ke depan.
Aktor-aktor : Sama.
Penulis Naskah : Jangan workshop-workshop terus – keluarkan aja ke penoneton!
Critikus / wartawan2: Hargai teater yang mengambil rasiko dengan karya baru. Datanglah dan reviewlah!

3. Produksi rami… Produksi bagus, cepat dan murah (seperti Shakespere, kalau bisa).

Teater Casanova bagus untuk ini. Walaupun banyak yang mengkritisi mereka karena terlalu sering pentaskan naskah baru, hal ini sangat vital…. Dan jangan lupa salah satu penulis yang tetap dihargai disini – Shakespeare” – juga menjadi machine teater dan naskah-naskah berubah dalam proses.

4. Dapatkan mereka saat muda…..

Mulai dengan kasih tiket gratis atau murah kepada orang dibawah 30 tahun. Atau jual musim pertunjukan Anda dengan harga murah.. ( Contoh.. Semua pertunjukaan untuk satu tahun untuk Main Teater Bandung atau Teater Cassanova bisa dijual 50 ribu. Tapi ini memang perlu planning ke depannya – Kerensa.) Penulis dari Seattle bilang, “ Bawa penonton dibawah umur 60 dengan cara apa saja. Kalau kau menjadi bangkrut untuk mendapat penonton, ayo lakukan…. Kalau kamu belum bangkrut , itu berarti bunyi kerusakan teatermu cuma belum didengar.”

5. Menawari penjaga anak selama ada pertunjukaan.
( Tapi yang untung Indonesia memang Negara child friendly)……. Pendikan gereja hari Minggu di America adalah pendidikan gerilya yang paling suksess. Ambil ide itu. Biarin orang tua menikmati pertunjukan sambil anak mereka belajar teater sama aktor-aktor. Jadi orang tua tidak bisa pakai alasan tidak bisa keluar karena punya anak, visi dan misi Anda untuk pendidikan sudah jalan, dan anak2 itu akan belajar hal yang penting – teater itu asik, bukan hukuman.

6. Berjuang untuk tempat murah untuk seniman dan ruang teater yang murah untuk seniman dari pemerintah.

( Tapi seniman teater harus juga menghargai tempat pertunjukan dan meninggalkannya dalam keadaan bersih! – sampai sekarang saya belum lihat pemain teater yang hargai tempat dengan sepunuh hati. Jadi Rumentangsiang dan taman budaya selalu kotor ketika masuk.)

7. Bangun Bar / Cafe

Bukla Cafe atau apa saja semacamnya. Menggarap pertunjukaan berbentuk pesta dan penonton sebagai tamu. Teater selalu mencoba membangun komunitas dengan perkuliahan, diskusi dan versi-veris yang lain “ Kamu sudah nonton saya untuk dua jam dan sekarang nonton saya lebih lama!” Mau Komunitas? Kasih tamumu tempat duduk, minum dan biarin mereka diskusi sendiri. Semua menang! Mereka dapat minum dan snack, teatermu dapat uang.

8. Malam Pesta HooHa

Anda tahu kan hal-hal lain yang membentuk komunitas? Ya, partisipasi penonton. Dalam satu rangkaian atau musim pertunjukan. Pilih salah satu pertunjukan yang bisa memberi ruang kepada penonton untuk bisa berteriak, berkomentar dan melakukan apa saja seperti menonton pertunjukan tradisional (Wayang, kethoprak, Ludruk dsb). Jual tiket murah, sediakan snack dsb.

9. Bersatu padu

Dalam situasi penurunan minat dan kualitas Teater, Seniman teater mesti terus bersatu saling mendukung dan terus menunjukkan kekuatan.


10. Keluar dari sekolah teater.

Dua atau tiga tahun di sekolah punya harga lebih baik kalau kamu sudah keluar dari insititusi dan dalam dunia nyata lalu bikin teater sendiri. Jurasan Teater dihuni oleh staff yang pernah menjadi sesuatu dalam dunia teater atau bahkan orang yang tidak pernah menjadi apa2 di dunia teater, atau seniman yang bisa disebut-sebut di masa lalu tapi tidak bisa bicara tentang masa sekarang dan apalagi masa depannya..

Diterjemahkan dari
the Stranger (Oct. 9, 2008), the Seattle alternative weekly newspaper led by nationally syndicated Savage Love columnist Dan Savage; www.thestranger. com.

PERLUNYA BELAJAR TEATER

Anak Didik perlu belajar Teater
Dikarang oleh : Wisran Hadi

Tidak ada sesuatu yang tidak berguna dalam hidup ini, asal saja semua kegiatan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Begitu juga dengan teater.
Berteater jangan hanya dilihat sebagai sebuah permainan, pengisi waktu senggang, kegiatan selingan siswa.
Teater adalah sarana pendidikan untuk pembentukan pribadi, memperbaiki penampilan, menumbuhkan percaya diri dan memahami bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan.

Di sekolah, semua siswa sudah mendapat banyak macam pelajaran.
Mulai dari bahasa Indonesia, sejarah, budaya, agama, matematik, bahasa Inggeris, dan banyak lagi.
Tapi siapa yang mengajarkan agar siswa-siswa itu tampil pede di depan umum? Siapa yang mengajarkan bagaimana siswa dapat mengucapkan bahasa dan kata dengan artikulasi yang baik? Siapa yang mengajarkan sebuah kerjasama, kerendahhatian, rasa keindahan, dan lainnya? Apa yang tidak didapatkan di dalam kelas oleh seorang siswa, maka kegiatan teater dapat memenuhinya.

Kalau siswa belajar teater, para guru dan orang tua jangan menganggap siswa itu langsung akan jadi seniman, dramawan, orang teater, aktor, sutradara.
Tidak. Tidak perlu dipikirkan hal itu. Kalau seseorang memang akan jadi seniman, mereka akan jadi walau tidak diajarkan pun seni kepadanya.
Tapi kalau seorang siswa memang tidak akan jadi seniman, diajar bagaimanapun juga mereka tentang seni, mereka tidak akan jadi seniman.

Beberapa hal positif dalam belajar teater, antara lain:

1. Disiplin.
Disipilin dalam teater atau dalam cabang seni lainnya seperti musik dan tari misalnya, adalah disiplin yang sangat ketat.
Jika seorang pemain tidak merespon lawan mainnya dalam waktu yang tepat, bisa jadi pertunjukan itu akan gagal.
Bila seorang pemain tidak masuk atau ke luar menurut waktunya yang tepat, akan dapat merusak permainan keseluruhan.
Di sini berarti, disiplin dalam dunia seni adalah disiplin yang berlandasan kepada mood, timing dan filling.
Disiplinnya lebih ditekankan pada disiplin pribadi.

2. Kerjasama.
Kerja teater memerlukan kerjasama dan kekompakan tim.
Sutradara, pemain, awak pentas, dan segala petugas lainnya harus dapat bekerjasama dengan baik.
Seorang pemain yang menganggap dirinya hebat, tetapi kalau tidak dapat bekerjasama dengan penata lampu misalnya, kehebatan pemain itu akan hilang dalam kegelapan.
Dan banyak lagi contoh lain.

3. Mempertajam kecerdasan.
Semua yang terlibat dengan kerja teater dituntut harus cerdas.
Tidak mungkin seorang dapat mengerti dan menghafal naskah dengan baik jika mereka tidak cerdas.
Pemahaman terhadap naskah memerlukan berbagai macam cabang keilmuan; psikologi (untuk mengetahui watak tokoh), sosiologi, antropologi, sejarah (untuk mengetahui dimana cerita berlangsung, dan persoalan-persoalan apa saja yang dipermasalahkan), ilmu tentang seni (hubungan masing-masing cabang seni dan setiap pekerja teater harus mengetahuinya).
Semua itu memerlukan kecerdasan.
Itulah sebabnya, siswa yang tidak cerdas tidak suka dengan teater.

4. Percaya diri.
Seorang yang tidak pernah muncul di tempat yang ramai akan selalu gugup bila berhadapan dengan orang ramai apalagi kalau disuruh pula berpidato.
Sering menjadi cemoohan bila ada seseorang gugup, salah tingkah, salah bicara dalam sebuah perkumpulan, rapat dsbnya.
Siswa yang terbiasa bermain teater, akan terhindar dari semua kesalahan itu.
Karena mereka dilatih untuk muncul di depan penontonnya dengan sempurna.
Pengucapan, gerakan, akting, pakaian, suara, bahasa yang digunakan dilatih dalam kegiatan teater.

5. Menghargai orang lain.
Seorang yang berteater harus menghargai penontonnya. Karena mereka datang untuk menyaksikan pertunjukan, bukan untuk keperluan lain.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban yang mutlak bagi orang yang mengadakan pertunjukan untuk menghargai penonton.
Menghargai penonton dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain; melaksanakan pertunjukan tepat waktu, menyajikan pertunjukan yang baik dan benar-benar disiapkan semaksimal mungkin, menyediakan tempat pertunjukan yang baik, bersih, dan indah, menyambut penonton dengan budi bahasa yang baik.

6. Memperhalus citarasa.
Seorang siswa yang pernah berteater akan menyadari bahwa dalam dirinya ada rasa seni yang harus dijaga dan diperhalusnya.
Teater mengajarkan pengucapan dengan bahasa yang baik, indah, menyentuh, cerdas.
Murid yang pernah berteater akan menyadari bahwa dalam hidup ini harus ada keselarasan.
Keselarasan dengan musik, dengan alam sekitar, dengan gerakan, dengan suara dan ucapan-ucapan.
Semua itu adalah untuk memperhalus jiwa dan citarasa.

7. Merangsang kreativitas.
Teater harus didasari oleh daya kreativitas yang tinggi.
Dalam teater setiap orang dituntut untuk dapat membuat hal-hal yang baru.
Menumbuhkan kreativitas siswa merupakan bagian dari menumbuhkan kreativitas bangsa.
Tanpa kreativitas bangsa ini tidak dapat menciptakan sesuatu yang baru.
Siswa yang kreatif adalah siswa yang cerdas pikirannya dan sehat jiwanya.

Banyak lagi segi-segi positif yang didapat siswa dengan berteater.
Namun sayang, banyak orang tua dan guru-guru mengira bahwa apabila seorang siswa ikut-ikut berteater sudah dianggap mereka akan menjadi orang seni, orang yang tidak teratur, liar dan sebagainya.
Padahal betapa banyak anak-anak muda tanpa berteaterpun mereka lebih banyak kemungkinannya untuk jadi liar dan amburadul.

Menumbuhkan kegiatan teater di sekolah.

Berteater bagi siswa tidaklah untuk menjadikan mereka menjadi orang seni, orang teater, atau seniman.
Tetapi berteater merupakan bagian dari pendidikan keperibadian, pendidikan seni, menumbuhkan kreativitas, melatih kerjasama, agar siswa tidak menjadi seorang egois, individualis, merasa hebat sendiri dan terpisah dari lingkungannya.
Untuk itu perlu ditumbuhkan kegiatan teater di sekolah.

Menumbuhkan kegiatan teater di sekolah tergantung pada beberapa aspek:

Pertama sekali adalah kesediaan kepala sekolah untuk menumbuhkan kegiatan kegiatan teater di sekolahnya.

Kedua, ketersediaan guru yang akan menjadi pembimbing atau pengasuh kegiatan teater.

Ketiga, ketersediaan waktu yang diberikan sekolah untuk siswa mengadakan latihan-latihan.

Selain ketiga hal di atas, ada beberapa persoalan lagi yang harus disiapkan sebelum memulai kegiatan, antara lain;

1. Penyediaan naskah.
Biasanya yang paling sulit bagi sebuah sekolah adalah penyediaan naskah yang akan dipentaskan.
Untuk mengatasi ketiadaan naskah, guru pembimbing tidak usah risau.
Bersama siswa, guru pembimbing dapat membuat naskah sederhana secara bersama-sama.
Guru cukup menjelaskan saja kepada siswa tentang ringkasan cerita, kemudian siswa mengembangkannya dalam dialog-dialog.

2. Penyediaan pelatih/sutradara.
Guru pembimbing teater cukup menghubungi grup-grup teater yang dikenalnya dan meminta salah seorang anggota grup itu untuk menjadi sutradara.
Hal ini pernah dilakukan Bumi Teater sekitar tahun 1982 dahulu selama 5 tahun lebih.
Sutradara-sutradara muda dari Bumi Teater dikirim ke berbagai sekolah yang memerlukan.

3. Mempersiapkan pementasan.
Pementasan teater yang baik tidak tergantung pada tempatnya, tetapi pada penyajiannya.
Oleh karena itu, guru pembimbing teater tidak perlu takut, di mana pementasan akan dilangsungkan.
Di halaman sekolah, di di pelataran atau plasa-plasa seperti di pelataran Minang Plasa, Matahari Plasa, Andalas Plasa, Plasa Taman Budaya dan banyak lagi tempat lain.

Jika memungkinkan tidak ada salahnya, pementasan teater siswa ini dibuat bergiliran, semacam arisan.
Sekolah A mentas di sekolah B, Sekolah B mentas di sekolah C dan seterusnya.
Hal ini akan dapat menjalin kerjasama dan keakraban antar siswa.
Dipastikan mereka tidak akan berkelahi lagi sesamanya, karena sama-sama berada dalam sebuah kegiatan yang besar.

Jika semua kepala sekolah dan guru-guru kesenian pada semua sekolah sepandapat untuk menumbuhkembangkan kegiatan teater di sekolah, mungkin Dewan Kesenian Padang dapat mendistribusikan sutradara-sutradara muda dari berbagai grup teater untuk melatih teater di sekolah-sekolah dan sekaligus akan dapat menjadi motor penggerak untuk mengkoordinir kegiatan arisan teater siswa seperti yang disampaikan di atas.

Selanjutnya nanti akan dapat diadakan festival teater siswa.
Sebuah kegiatan yang dapat mengundang kegairahan baru para siswa dalam berkesenian.
(WH)

DRAMA DAN JENISNYA

Drama berasal dari bahasa latin yang berarti aksi atau perbuatan. Drama merupakan pertunjukaan yang diambil dari suatu karangan dan dituangkan dalam tingkah laku, ekspersi wajah serta perbuatan. Di dalam masyarakat drama disebut juga sandiwara , pelaku drama disebut actor.

Drama diklasifikasikan berdasarkan masa terjadinya menjadi beberapa jenis yaitu :

Drama Modern
Drama yang dimainkan pada zaman modern dan bertujuan untuk memberikan pendidikan pada masyarakat serta biasanya bertema tentang kehidupan dan filsafat sehari – hari.

Drama Klasik
Drama ini terjadi dan dimainkan pada masa lampau, yang isinya menceritakan tentang khayalan, kesaktian tokoh, kerajaan, kehidupan para Dewa dan lain sebagainya.


Sedangkan menurut isi ceritanya drama dibedakan menjadi :

Drama Tragedi
Drama yang menceritakan tragedi atau peristiwa memilukan dan menyedihkan sepanjang jalan ceritanya.

Drama Komedi
Drama yang berisi cerita lucu dan lawakan, sehingga membuat penontonnya tertawa.

Drama Tragedi Komedi
Drama yang merupakan perpaduan cerita antara drama tragedy dan drama komedi, didalamnya terdapat cerita sedih dan dibumbui dengan hal – hal yang membuat penontonnya tertawa.

Opera
Drama musical / opera merupakan drama yang menceritakan suatu jalan cerita dengan didampingi pertunjukkan musik.

Operet
Operet merupakan drama opera yang memiliki jalan cerita lebih singkat.

Pantomim
Drama tanpa dialog yang ditampilkan dengan menterjemahkan gerakan dan bahasa tubuh.

Passie
Drama yang didalamnya mengandung unsur – unsur pesan Agama tertentu.

Pewayangan
Drama yang ditampilkan dengan menggunakan media benda berupa boneka ataupun wayang.

MENGENAL DRAMA

Wayang sebagai suatu Teater Total

Hazim Amir dalam tulisannya “Nilai-Nilai Etis dalam Wayang” (1994: 36-38) menjelaskan bahwa wayang termasuk dalam bentuk teater yang total. Ketotalan yang dimaskud menyangkut ketotalan kepribadian dalam kegiatan akal, rasa, dan kemauan. Tanpa kegiatan seluruh kemampuan (faculty) manusia ini, orang tak akan bisa mengerti apalagi menikmatinya. Ketotalan Teater Barat biasanya terbatas pada ketotalan dalam hal pemanggungannya, tidak dalam hal naskahnya pula, ketotalan tersebut bersifat kuantitatif, artinya terbatas pada penggunaan alat-alat panggung yang modern dan canggih, seperti slide, film-strip, film, overhead projector, playback, panggung berputar, dan lain-lain. Selain itu, didukung dengan teknik-teknik pemeranan yang melibatkan, tari-tarian, akrobat, sulap, kabaret, dan sebagainya. Ketotalan Teater Barat tersebut terletak pada cara pemanggungan tanpa mengekspresikan isi naskah, hanya mengetangahkan satu masalah pokok yang menggambarkan tentang kodrat manusia dengan memilih salah satu made of expressions, seperti tragedi atau komedi.

Sedangkan dalam Drama Timur, cenderung belum bersifat total. Seperti dalam Drama Sanskrit yang seharusnya menjadi induk dari drama yang malah tidak dikenal di Indonesia. Drama ini mengambil cerita dari mitos atau legenda yang bersifat heroik, sosial, erotik, dan hampir semuanya bersifat tragis. Penggunaan bahasa oleh tokoh perempuan selalu bersifat praktis. Dalam hal pemanggungan Drama Sanskrit selalu memakai aturan-aturan klasik yang telah ditetapkan oleh Bharata dalam Natyashastra-nya.

Drama-drama Timur lainnya, seperti opera Peking, Noh, dan Kabuki biasanya tidak bersifat total. Mereka menuruti aturan-aturan klasik yang telah ditetapkan baik dalam penulisan maupun pemanggungan mereka.

Dibandingkan dengan drama-drama dan teater-teater tersebut maka wayang tampak jauh lebih total. Dilihat dari isinya maupun cara pemanggungannya. Meskipun ketotalan wayang ini tidak dalam bentuk kuantitatif (karena penulisan dan cara pemanggungannya mengikuti aturan klasik tertentu), namun dalam keterbatasan penulisan cerita wayang menceritakan seluruh aspek kehidupan menusia dan kodrat kebinatangan sampai kemalaikatan dengan pembahasan tema yang tak terbatas. Dalam wayang, bentuk dan isi lakon serta cara pemanggungannya adalah satu. Penggunaan alat panggung yang sederhana tetapi sangat efektif dalam mengekspresikan keseluruhan hidup manusia. Bagi penonton, wayang tidak bisa memberikan hiburan secara instant seperti yang diberikan bentuk-bentuk kesenian populer, tetapi memberikan hiburan yang serius dengan melibatkan kemampuan intelektual, kultural, filosofis, dan artistiknya.

Dramaturgi Seni Pertunjukan Teater

Kata drama dalam Herman J Waluyo (2002) berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak dan sebagainya, dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan. Drama turgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi/ persetujuan drama. Teater merupakan kisah kehidupan manusia yang disusun untuk ditampilkan sebagai pertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan dan ditonton oleh publik (penonton).

Teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak terlepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut diyakini sebagai dasar dari komunikasi teater.

John Powers, dalam Littlejohn (1995) menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsur yaitu: tanda dan simbol, bahasa, dan wacana. Teater sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung.

Simbol-simbol dari penulis naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpretasi sutradara berfungsi untuk mengomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk. Konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi masing-masing komunikator juga akan memiliki kesan atau makna pribadi yang mengisi gambaran umum tersebut. Kesan pribadi merupakan konsepsi orang tersebut. Makna terdiri atas konsepsi pribadi individu dan konsep umum yang dipegang bersama-sama dengan orang-orang lain.

Tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita menunjuk pada orangnya atau pelakunya. Sedangkan lakuan akan berkaitan dengan bagaimana tokoh tersebut berlaku atau berperilaku, menunjuk pada sifat sehingga bisa juga disebut watak, perwatakan, dan karakter (Burhan Murgiyanto: 2005)

Pertunjukan teater baik tradisional maupun modern akan menggunakan spectakle-spectskle musik. Musik dalam seni pertunjukan teater pada umumnya menjadi bagian kedua atau hanya berfungsi sebagai elemen pendukung. Musik tidak hanya digunakan sebagai ilustrasi tetapi juga sebagai pembangun suasana, sebagai pengiring gerak (tari), yang berjalan beriringan, saling mengisi dan saling menguatkan.

Musik diaransemen sebagai bunyi-bunyian yang melekat dengan karakter tokoh yang akan hadir dalam pertunjukan. Bunyi dalam teater dikategorikan menjadi bunyi alami, atau bunyi-bunyi alam, bunyi perangkat atau alat mesin, sperti mobil, mesin pabrik dsb, dan bunyi yang dikarenakan adanya aksi tertentu seperti bunyi meja ditendang, batu dilempar dsb (Nur Sahid: 2004). Bunyi-bunyi tersebut diolah dengan menggunakan alat-alat musik untuk menghasilkan efek suara yang mendukung lakuan aktor dan spectakle pemanggungan.

Musik dalam pertunjukan teater juga dipahami sebagai lagu dan atau tembang. Musik dalam hal ini mengacu pada fungsi praktisnya, menunjuk secara spesifik pada situasi sosial masyarakat pendukungnya. Disamping itu musik juga sebagai penanda peristiwa yang akan menjadi konteks pertunjukan teater. Musik dalam pertunjukan teater dimainkan secara live (hidup-langsung) sebagai bagian kesatuan pertunjukan.
Penyutradaraan

•Penyutradaraan adalah proses:
•memilih naskah dan menganalisis naskah,
merancang audisi dan melakukan pilihan pemeran,
•membimbing latihan aktor,
•mempersiapkan elemen pementasan,

Ruang Lingkup Penyutradaraan

Ruang lingkup/wilayah kerja sutradara terdiri dari tiga tahap. Pertama, perencanaan; kedua, pelatihan; ketiga, pertunjukan.

Tahap perencanaan: naskah diterjemahkan dari naskah drama menjadi naskah visual dalam ruang, waktu, dan warna pemanggungan oleh sutradara

Tahap pelatihan: naskah diubah bentuknya menjadi tubuh dan suara aktor, serta perancang artistik merancang naskah menjadi elemen artistik pertunjukan.

Tahap pertunjukan: sutradara, penulis, dan desainer menyingkir. Stage manager, crew panggung, dan aktor menghadirkan naskah di atas panggung

Pilihan materi dan teknik penyutradaraan:
Materi: aksi, ruang, garis, bentuk, warna, suasana
Teknik: komposisi, pengadeganan, gerak, gerakan berpindah, penghayatan dramatik, irama permainan


wilayah kerja penyutradaraan

Ruang lingkup/wilayah kerja penyutradaraan adalah memilih naskah, menganalisis naskah, merancang audisi dan melakukan audisi pemeran, serta membimbing pelatihan aktor.

Penyutradaraan menekankan pada pertemuan dengan manusia ketika menggulirkan ide-idenya, memvisualisasikan konsep dan mengekspresikan perasaannya.

Seorang sutradara diharuskan memiliki lebih banyak imajinasi dari semua yang mendukung, serta memiliki kemampuan dan bakat memimpin.

Tahapan penyutradaraan:
Tahap 1: Persiapan: pemilihan naskah, konsep pemanggungan, memilih staf, merancang ide, dan pemilihan pemeran.
Tahap 2: Implementasi: pemanggungan, pelatihan, uji coba, koordinasi, dan penampilan.

Selasa, 10 Agustus 2010

CONTOH PROGRAM PELATIHAN DASAR - DASAR TEATER

Berikut ini program kerja pelatihan dasar Teater yang menumpu pada aspek praktis, yang dapat dilaksanakan selama 20 pertemuan. Unsur-unsur penting dalam pembentukan peran menjadi hal pokok yang harus diutamakan. Dulce et Utile, program pelatihan ini seyogyanya dilaksanakan dengan suasana yang rileks, menyenangkan, dan membuka peluang yang selebar-lebarnya bagi pelatih/instruktur, peserta, dan unsur-unsur pendukung lainnya untuk bereksperimen, berekplorasi, sampai menemukan hakekat pemeranan yang sebenarnya.

PROGRAM KERJA EKSTRA & KOKURIKULER

PELATIHAN TEATER






Catatan:

1. Program kerja pelatihan dasar Drama tersebut di atas dilaksanakan efektif dalam satu semester, dan dilaksanakan minimal 1 X dalam satu minggu
2. Program tersebut dilaksanakan dengan ratio; praktik langsung sebanyak 80% dan teori 20 %
3. Keberhasilan diukur melalui kedisiplinan berlatih, tingkat ketrampilan dan praktik individual yang diperoleh, serta kerjasama kelompok.
4. Evaluasi dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung dan melalui uji coba pemeranan baik individu maupun kelompok.
5. Kesuksesan program tersebut bergantung pada keseriusan peserta dalam berlatih, kemampuan pelatih, dan dukungan dari berbagai pihak